Candi Pari |
Bila berkunjung kemari bisa naik kendaraan roda dua, mobil . Hari libur kemarin saya mengendarai dari rumah ke Candi Pari ini hanya butuh waktu 30 menit. Saya lewat Setra Tas Tanggul Angin. Sebenarnya ada beberapa jalan, bisa lewat Porong setelah kolam lumpur Lapindo. Berhubug jalan pintas dari rumah lebih dekat dari arah Tanggul Angin, saya putuskan lewat Tanggul Angin saja.
Bangunan candi Pari terbuat dari batu bata yang besar dan lebar. Namun saya perhatikan di beberapa bagian sudah mulai rapuh dan berlumut karena dimakan usia. Candi Pari dan Candi Sumur konon kabarnya ditemukan oleh arkeolog Belanda NJ Kroom pada tahun 1906. Candi ini dipugar pada tahun 1994.
Kemarin ketika masuk ke Candi Pari ini gratis tanpa dipungut bayaran. Namun saya kasih uang kebersihan ala kadarnya pada penjaga Candi, untuk kebersihan. Saat libur, Candi Pari banyak dikunjungi remaja yang ingin selfie. Mungkin ini dampak promosi lewat media Instagram Explore Sidoarjo yang menampilkan keindahan pemandangan Candi Pari buat dijadikan latar belakang foto.
Di depan Candi Pari disediakan pendopo untuk beristirahat dan ada warung minuman ala kadarnya. Di sini juga sudah ada toilet. (Hahahaha .. penting dibahas sebab saya suka minum jadi gampang beser :P)
Konon menurut cerita penjaga Candi ada cerita dibalik didirikannya Candi Pari dan Candi Sumur. Dulu daerah Candi Pari terkenal sebagai penghasil padi yang subur. Dan biasanya masyarakat sekitar setor kepada pemerintahan Majapahit.Candi Pari merupakan lumbung padi. Dan Candi Suur merupakan salah satu sumber pengairan .
Tapi ada juga beredar cerita kalau Candi Pari ini tempat musno alias hilangya Joko Padelegan, saudara Raja MajaPahit Brawijaya. Patih Majapahit disuruh mencari saudaranya ini ke daerah Candi Pari. Disuruh ditangkap tanpa melukai dan diajak ke Majapahit.
Namun Joko Pandelegan tidak mau, lalu beliau beralasan ingin melihat lumbung padinya dahulu sebelum berangkat ke Majapahit. Saat beranjak ke lumbung padi inilah Joko Pandelegan tiba-tiba hilang. Tempat hilangnya Joko Pandelegan di tempat lumbung Padi.
Untuk mengenang Joko Pandelegan, Prabu Brawijaya membangun Candi Pari ini .
Lokasi Candi Pari ini sudah ditata apik, di depan candi sudah dibangun taman yang cukup asri. Puas keliling Candi Pari saya lanjutkan perjalanan ke candi Sumur yang letaknya kurang lebih 50-100 meter dari arah Barat Candi Pari.
Candi Sumur |
Candi Sumur bangunannya lebih memprihatinkan, bangunannya sepertinya baru dipugar separo.Ketika saya naik, terdapat lubang sumur, tapi sepertinya sudah diurug alias ditimbun dengan sirtu agar tak terlalu dalam. Di situ saya lihat ada banyak koin 500 yang dilempar oleh pengunjung di sumur itu, Entahlah maksudnya apa. Ketika saya tanya pada penjaga pun beliau juga nggak tahu. Dia hanya menjelaskan kalau di candi Sumur inilah pasangan Joko Pandelegan musno alias hilang tak berbekas.
Wisata Candi Pari dan Candi Sumur dengan anakku saya pikir sudah cukup puas Maka saya pun pulang sambil menkmati sejuknya angin dan pemandangan sawah di kanan kiri serta pohon yang rindang.
Bila anda berwisata ke sentra Tas Tanggul Agnin jangan lupa mampir ke Candi Pari dan Candi Sumur, hanya dibutuhkan waktu 10 menit dari sentra tas Tanggul Angin.
waaah sebagai warga Sidoarjo saya malu karena sudah pernah ke Borobudur tapi belum mengunjungi Candi Pari
ReplyDeleteHayuk ke sini Mbak. Gampang dan deket kok dari rumahku. Karo lihat sawah :)
DeleteAda candi di sidoarjo? Ga pernah tau mak, pdhl ke tanggulagin bbrp kali sih. Itu cerita dibalik candinya macam-macam versi ya hihi
ReplyDeleteAda 2 versi kisah candi ini. Ayo mbak jalan2 lewati sawah
Deletewaah saya seneng banget deh sama wisata sejarah, mudah2an kapan2 bisa ke sana ah...
ReplyDeleteAsyik silakan Mbak sekalian kopdar ya :)
DeleteBaru denger. Kalo ke daerah sekitar Trowulan pernah
ReplyDeleteWah baru pertama kali ini denger istilah candi pari mbak :D
ReplyDeletesalam kenal ya..