Wong
laku prihatin kuwi ra mung kanggo mulyaake awakmu dhewe ning ya upaya
ben kahanan kiwo tengen, anak-bojomu, kanca-dulurmu, mlaku kaya sing
mbok karepke, syukur melu mukti lan seneng anane awakmu. Dene sakorane
Gusti Allah paring sabar lan kuat ngadhepi kahanan kanti kabecikan iku
teko nyata marang kuwe. (jare ibuku swargi yang bertahun2 tak lepas
puasa senin-kamis, dan puasa sunah lain)
Artinya :Orang yang prihatin itu bukan cma untuk kemuiaan diri sendiri tapi juga usaha supaya keadaan kiri kanan, anak-suamimu, teman-saudatramu, jalan sesuai dngan yangyang diharapkan. syukur-syukur ikutan ulia dan bahagia keadaan dirimu. Setidaknya Allah memberi kesabaran dan kekuatan menghadapi keadaan dan kebaikan akan datang kepada kita.
Mungkin maksud dari Eyang adalah supaya kita mau bersusah-susah dahulu, mau melakukan puasa sunnah Senin - Kamis untuk menjalankan ibadah, jika kita mendekatkan diri pada Allah maka Allah akan memberikan kelimpahan kebaikan yang melingkupi kita entah dari saudara, teman, anak, suami atau lingkungan sekitar.
Wong
kang laku prihatin iku umpamao ra pinter lehe golek duit, rejekine bakal
tibo ning anak2e, umpama rejekine okeh bakal nurun ning anak putune.
Wong sing saumur urip ra tahu prihatin umpama akeh banda ning anak
putune malah do kapiran
Sedangkan orang yang mau prihatin atau besrsush dahulu itu kalau nggak pandai cari uang, rejekinya akn jatuh ke anak-anaknya, jika rejekinya banyak akan diturunnkan ke anak cucunya. Orang yang seumur hidupnya nggak pernah prihatin jika banyak harta nanti anak cucunya akan telantar.
Kalimat di atas aku copas dari satus Om ku, Om Titis, adik sepupu bapak . Ketika membaca status ini aku jadi teringat wejangan-wejangan bapak dan Eyangku almarhum. Rasanya ingatanku kembali melayang di suatu senja di depan teras duduk sambil ngopi atau menghembuskan asap rokok Bapak cerita mengenang masa lalunya.
Dari kenakalan ataupun wewejang dari Eyangku. Bapak selalu berpesan, " Tit, bapakmu ki byen nakal, ojo ditiru nakalae. Saiki wis tobat pengin ngisi tuoku kanggo nyedhaki Allah. Iki saiki ajar sholat meneh. Jamaaah neng Masjid. Aku bangun masjid belakang rumah buat sangu alias bekalku kelak. Aku nggak bisa ninggali harta, tapi luwih senengkalau punya anak pinter, sholeh dan bakti sama orang tua dan sholeh."
Bapak mulai mendapatkan hidayah seperti ini ketika beliau mulai sakit-sakitan dan saat keadaan keuangan di bawah. Kemudian lanjutnya," Aku lebih senang melihat anak-anakku , sedulurku guyub rukun dan saling berbagi serta membantu orang lain. Rejeki sudah ada yang ngatur. Luwih becik orang miskin mau sedekah. Nilai sedekahnya orang kaya dan kita yang sedang kekurangan ini beda. Yen orang kaya itu sedekah sudah biasa kalau orang sedang kekurangan bisa sedekah itu luar biasa."
Mantep jeng
ReplyDelete