Ngomongin majalah dinding di jaman sekolah SMA dulu,sebenarnya saya nggak terlalu punya pengalaman banget. Seingatku majalah dinding dibuat untuk mewadahi kreatifitas teman-teman, baik berupa tulisan, gambar maupun sekedar hasil karya tangan.
Majalah dinding merupakan salah satu media untuk meningkatkan baca dan menulis.
Majalah dinding biasanya masuk dalam salah satu kegiatan ekstra kurikuler.Siapa pun boleh mengirim karyanya lalu diseleksi oleh pembina. Pembinanya Guru Bahasa Indonesia.
Seingatku majalah dinding di sekolahku dulu hanya sedikit isinya.
Bentuk dan isian majalah dinding masaih sangat sederhana. Karton berwarna dibentuk lalu diberi beberapa tulisan lalu ditempel di dinding.
Hiasan karton pun hanya dengan spidol atau pinggiran kertasnya dibakar dengan obat nyamuk. Isi majalah dinding biasanya berupa puisi, gambar, cerpen.
Jaman SMA dulu, saya nggak terlalu aktif kirim majalah dinding. Malah hampir sama sekali nggak pernah bikin. Wong kerjaannya hanya sekolah dolan saja hehehe, masih untung nggak pernah bolos.Makanya untuk tema majalah dinding ini saya hanya sedikit saja yang teringat di kepala.
Walau tak pernah kirim, saya juga penikmat karya tema-teman. Baca saja sekilas, saat itu saya malah lebih suka bawa majalah Mode atau Aneka. Dibaca gantian kalau pas istirahat atau jam kosong. :)
(ups kok Out of the topic ya :))
Nah berhubung nggak banyak memori tentang majalah dinding di SMA. Sekarang aku mau bahas perkembangan majalah dinding sekarang aja ya. Sekarang sih majalah dinding sudah bagus ada yang 2 dimensi maupun 3 D. Anak-anak sekarang majalah dindingnya lebih variatif.
Apalagi adanya lomba majalah dinding antar sekolah dari SMP hingga SMA, yang diadakan salah satu media lokal di tempatku. Geliat majalah dinding semakin oke.Baik tingkat kreatifitas bentuk maupun isi tulisannya.Setiap tahun beda tema, dan hasil karya majalah dinding tersebut dipamerkan selama sebulan di salah satu mall.
Lomba ini memacu kreativitas menulis, memikirkan bentuk dan anggaran biaya.
Kata anakku untuk ikutan lomba majalah dinding tersebut, mereka sampai lembur buat cari bentuk dan idenya.Bahan majalah dinding sekarang bervariasi ada stereoform, karton maupun kardus untuk hiasan.
Sebelum membuat majalah dinding, anak-anak juga belajar cara melay out bacaan agar bisa menarik pembaca.Semua ide lay out ini harus dipikirkan sesuai dengan tema.Malah majalah dinding sekarang ada yang bisa bergerak dan dihiasi dengan air mancur atau lampu-lampu hias. Bandingkan dengan majalah dinding jaman dahulu yang sangat sederhana.
Bila mading jaman dahulu hanya sekedar tulisan atau hasil karya siswa yang ditempel di dinding, namun mading jaman sekarang sudah merupakan media informasi yang menarik untuk pembaca.
Maaf ya, memoriku tentang majalah dinding di SMA-ku sepertinya tak ada. Kesukaan menulisku juga baru timbul setelah punya anak dua. :)
Wah ini blogger yang ketiga yang nulis dengan tema yang sama yang saya temui dan baca malam ini. Hmmm. Wah apa sedang ada GA ya, Wahhahahaha bener bener ketinggalan kereta saya ini Kudet sayah eui. Kurang apdet
ReplyDeleteBukan GA pak, hanya tantagan dari temen segrup oneday one post.
DeleteKebetulan temanya hari ini tentang majalah dinding