Peserta pawai kali ini beda dengan tahun lalu. Kalau tahun lalu hanya diikuti oleh beberapa kecamatan di Sidoarjo dan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), sekarang ada tambahan peserta dari 14 Kabupaten seperti Lumajang, Pamekasan, Pasuruan, Tuban dan lain-lain.Tema pawai kali ini mengusung "Cand Pari"
Dan jalur yang dilalui mulai jalan A. Yani, jl. Thamrin, dan berakhir di GOR.
Salah satu peserta yang menarik perhatian saya dari Kabupaten Lamongan. Mereka menampilkan "Jaran Joget".
Jaran Joget Dari Kab.Lamongan |
Jadi masyarakat Lamongan punya tradisi, bila mempunyai hajatan khitanan. Setelah si anak dikhitan didandani, si anak naik kuda hias lalu diarak keliling kampung dengan diiringi musik patrol atau rebana. Arak-arakan biasanya diselenggarakan sore hari. Setiap arak-arakan lewat masyrakat yang dilewati antusias melihat dan mengikuti dari belakang. Karena hajatan khitan besar-besaran seperti ini langka.Ketika diarak kampung, setiap rumah yang dilewati, penghuninya ada yang "nyangoni" (memberi uang ke anak yang diarak).
Kata si Bapak, untuk menyewa kuda lengkap dengan pengiring musik cukup merogeh kocek lho. (Ketika saya tanya berapa? Sayang si Bapak tak menjelaskan nominalnya. Beliau hanya bilang jut...jut hehehehehe😑)
Acara pawai budaya tahun ini amat meriah, dengan adanya tambahan dari beberapa peserta luar Kabupaten Sidoarjo, semakin memperkaya pengetahuan saya tentang budaya dari masyarakat lain seperti contohnya "Jaran Joget". Saya berharap pawai budaya bisa diselenggarakan tiap tahun untuk menambah daya tarik wisatawan ke Sidoarjo.
Mereka berdandan sejak jam 4 pagi utk ikut pawai |
No comments:
Post a Comment